Semua siswa duduk berpasang-pasang, kecuali satu meja paling belakang di pojok kanan kelas. Di situ duduk seorang siswi. Irma tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu karena rambutnya terurai ke depan. Hanya sekilas terlihat wajah pucatnya saja.
Mengira anak itu mungkin sedang sakit, Irma mencoba mengabaikan dulu.
Irma menceritakan sekilas latar belakangnya, bagaimana sistemnya mengajar dan sebagainya. Sambil menjelaskan, matanya kembali menyapu seisi kelas. Semua siswa tetap diam dan memperhatikannya dengan seksama. Kecuali siswi duduk paling belakang sendirian itu. Kepalanya tetap menunduk. Irma semakin penasaran.
“Biar kenal kalian semua, saya absen satu per satu dulu yah,” ujar Irma sambil membuka absensi siswa.
“Agam”, panggil Irma.
“Hadir…” jawab seorang siswa gendut yang duduk di baris ke 3, di depan siswi misterius itu.
“Bardos?”
“Hadir..”
…
Sudah separuh nama siswa di kelas disebut. Namun, pada saat nama “Miranda” disebutkan, tidak ada yang menyahut. “Anu Bu…” salah satu siswi duduk terdepan menyahut. “Miranda, sakit Bu.”
“Oh ya?” Irma menyelidik.
“Iya Bu, denger-denger lagi sakit diare dia,” sebagian anak ikut menimpali. Irma melihat beberapa siswa mencoba menyembunyikan wajah mereka.
Irma lanjut mengabsen nama lagi…
Setelah semua nama disebutkan, dia menyadari siswi yang duduk paling belakang tersebut masih belum dipanggil.
Karena rasa penasarannya, dia kembali bertanya sambil menunjuk, “Saya lupa namanya itu. Yang duduk di situ, itu siapa yah?”
Siswi terdepan itu kembali menjawab, “Yang paling belakang gak ada orang kok Bu. Memang kosong Bu. Dua-duanya memang kosong…”
“Iya Bu” “Memang kosong bu” sahut seisi anak-anak lagi.
Irma memastikan semua tempat duduk terisi, dan memang hanya bangku paling belakang diduduki siswi misterius itu, sedangkan sebelahnya tidak ada orang. Akhirnya Irma berjalan ke belakang. Menarik tangan siswi misterius itu, sehingga terlihat wajahnya. Dia hanyalah orang yang menggunakan make-up bedak putih.
Siswi itu menatap dengan terkejut, seisi kelas juga ikut terkejut.
“Sebetulnya keusilan kalian itu cukup sempurna. Saya tadi hampir percaya kalau kelas kalian berhantu. Tapi sayangnya, tadi kalian keceplosan,” jawab Irma sambil tersenyum.
No comments:
Post a Comment