Tuesday, October 11, 2016

Insiden Kecil di Kolam Renang

Tiga sahabat hari ini pergi berenang di kolam renang. Budi, Juda dan Enka sudah merencanakan rencana berenang ini jauh-jauh hari. Mereka pun pergi ke kolam renang stadion.


Enka paling semangat. Dia sudah sangat lama tidak berenang. Apalagi sudah berminggu-minggu tidak hujan. Musim kering panjang ini paling cocok untuk berenang. Budi dan Enka memang jago renang. Juda sendiri tidak begitu ahli, tetapi pengen ikut saja. Maklum dia itu anak kutu buku dengan kaca mata tebal, yang tidak pintar olahraga. Tapi Budi dan Enka senang Juda mau ikut.

Setelah bayar uang masuk, mereka ke kamar mandi dan memasukkan barang-barang ke loker. Juda melepaskan kacamata dan jam tangannya.
“Lho, kok jam tangan lepas? Gak anti air?” tanya Enka.
“Emang masih jaman jam tangan yang gak tahan air?” tanya Budi penasaran.
“Ah, jam tangan ini sudah pernah jatuh sekali. Lumayan parah, sampai harus diganti beberapa komponen. Jadi saya agak serem kalau bawa ke aer…”

“Ganti saja coy,” tukas Enka.
“Jangan, jam ini bernilai. Pemberian almarhum kakek.”
“Pantes dijaga banget, ” ujar Budi yang sudah selesai ganti pakaian dan mengenakan kaca mata renang.
“Iya, jam tangannya bernilai…”

Saat itu kolamnya masih ramai. Padahal sebetulnya sudah jam 8 malam. Ada segerombolan anak muda lain yang berenang ternyata.
“Yah, kirain bakal sepi. Kecewa dah,” keluh Budi.
“Haha, sudah lah. Yuk mulai renang,” hibur Enka.

Walaupun panjang kolam renang 50 meter, Budi dan Enka sanggup berenang beberapa putaran. Juda sendiri tidak berani berenang jauh. Jadi dia hanya melihat mereka berenang ke sana kemari. Karena segerombolan anak-anak pada memonopoli kolam bagian dangkal, dia pun melipir tepi kolam demi ke ujung satu lagi.
Padahal sedikit lagi sampai, tapi entah sial atau bagaimana tiba-tiba Juda terperosok dan tenggelam. Juda yang panik, menggapai-gapai beberapa saat, lalu tidak kelihatan lagi. Untungnya Enka sempat melihatnya, dia segera naik ke atas kolam dan lari ke arah Juda tenggelam.

Dia langsung buru-buru melompat ke dalam air mencari temannya yang hilang itu. Panik Enka mencari sana sini. Posisi Juda tenggelam memang kebetulan di tempat paling dalam. Tetapi seharusnya dia tidak jauh dari sini, pikir Enka. Dan aha! Enka menemukan bayangan Juda.
Dia menarik Juda yang panik untuk naik. Sepertinya dia meminum kebanyakan air. Tetapi Enka bersyukur sahabatnya tidak apa-apa.

“Fuuh.. Kamu hampir membuat saya gila,” ujar Enka terengah-engah sambil menepuk-tepuk pundak temannya.
“Huk.. huk..” Juda hanya terbatuk-batuk.
“Kamu kan gak bisa berenang. Kenapa ke tempat dalam-dalam?”

Juda tidak menjawab. Dia duduk diam saja. Enka juga tidak berniat berenang lagi. Sekarang giliran anak-anak yang berenang satu kolam full. Enka sibuk celingak-celinguk mencari si Budi.
Juda sambil terengah-engah menunjuk ke arah Budi yang sedang istirahat di ujung kolam renang bagian dangkal.

“Oh iya… Oi Bud! Naik yuk! Nanti saya cerita, naik dulu saja!”
Dan akhirnya mereka bertiga beres-beres dan pulang. Mereka cukup bersyukur tidak terjadi apa-apa. Dan ini mungkin menjadi pelajaran berharga agar lebih hati-hati di kolam renang.

Kisah Janggal Sewaktu Sepupu Meninggal

Hai gan perkenalkan nama saya Alfin. Kisah ini ane alamin sendiri hari Jum’at akhir November 2015 lalu. Pas banget waktu kejadiannya sepupu ane meninggal karena kecelakaan.


Sebenernya dari sehari sebelum sepupu ane meninggal, ane itu lagi ngejalanin tugas (study tour SMA ) di Yogyakarta. Dan waktu itupun ga ada tanda-tanda yang janggal soal sepupu ane. Nah siang harinya setelah ane ngejalanin ibadah Jum’at (maaf bawa agama dikit) mulai dah muncul hal aneh.

Waktu itu di bis ane inget banget ada yang nyeletuk “Eh katanya didaerah X (tempat tinggal ane) ada yang meninggal karena kecelakaan,”

Waktu itu ane belum curiga sama perkataan temen ane (karena di daerah ane emang rawan yang meninggal).
Nah setelah itu kita sampai di tujuan sampai sore hari, nah setelah itu sekitar set 7 sehabis sebelum Isya kita prepare tuh buat balik ke habitat.

Sebelum berangkat temen ane pada heboh nunjukin foto orang kecelakaan di daerah ane sore itu, yang korbanya yaitu sepupu ane sendiri (coba aja bayangin kalo sepupu ente meninggal dan ente dapet info dari sosmed dan keluarga ente ga ada yg ngasih tau ).

Waktu itu tanpa curiga mikirin sesuatu ane cuma bisa melongo sedih di dalem bis dah selama hampir sepanjang perjalanan. Nah ane mulai konek kalo banyak banget hal aneh tuh setelah beberapa bulan sepeninggal sepupu ane.

Dari mulai celetukan temen ane di siang hari yang bilang ada yang meninggal, padahal nyatanya yang meninggal itu cuma sepupu ane disore hari.

Terus kisah saudara ane yang dikirimin foto tentang parahnya kendaraan sepupu ane karena kecelakaan yang nyatanya foto itu sama sekali gak ada. Terus kakak ane yang didatengin ‘sesuatu’ yang mirip sepupu ane pas di hari meninggalnya sepupu ane.

Sekian gan cerita pengalaman yang di post pertama kali dari ane (maaf kurang serem dan bahasanya kurang bisa dipahami oleh orang awam)

Bangku Kosong

Hari ini adalah hari pertama Irma mengajar di kelas XII B. Ketika dia masuk ke dalam kelas, semua murid sudah duduk tenang di tempat masing-masing. Meja belajar disusun berpasang-pasangan sebayak empat baris. Tetapi ada satu yang menarik perhatiannya.


Semua siswa duduk berpasang-pasang, kecuali satu meja paling belakang di pojok kanan kelas. Di situ duduk seorang siswi. Irma tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu karena rambutnya terurai ke depan. Hanya sekilas terlihat wajah pucatnya saja.

Mengira anak itu mungkin sedang sakit, Irma mencoba mengabaikan dulu.
“Anak-anak, perkenalkan. Nama saya Irma Farida. Kalia bisa panggil Bu Irma saja. Saya guru kimia kalian untuk tahun ini.”

Irma menceritakan sekilas latar belakangnya, bagaimana sistemnya mengajar dan sebagainya. Sambil menjelaskan, matanya kembali menyapu seisi kelas. Semua siswa tetap diam dan memperhatikannya dengan seksama. Kecuali siswi duduk paling belakang sendirian itu. Kepalanya tetap menunduk. Irma semakin penasaran.
“Biar kenal kalian semua, saya absen satu per satu dulu yah,” ujar Irma sambil membuka absensi siswa.
“Agam”, panggil Irma.
“Hadir…” jawab seorang siswa gendut yang duduk di baris ke 3, di depan siswi misterius itu.
“Bardos?”
“Hadir..”

Sudah separuh nama siswa di kelas disebut. Namun, pada saat nama “Miranda” disebutkan, tidak ada yang menyahut. “Anu Bu…” salah satu siswi duduk terdepan menyahut. “Miranda, sakit Bu.”
“Oh ya?” Irma menyelidik.
“Iya Bu, denger-denger lagi sakit diare dia,” sebagian anak ikut menimpali. Irma melihat beberapa siswa mencoba menyembunyikan wajah mereka.
Irma lanjut mengabsen nama lagi…

Setelah semua nama disebutkan, dia menyadari siswi yang duduk paling belakang tersebut masih belum dipanggil.
Karena rasa penasarannya, dia kembali bertanya sambil menunjuk, “Saya lupa namanya itu. Yang duduk di situ, itu siapa yah?”
Siswi terdepan itu kembali menjawab, “Yang paling belakang gak ada orang kok Bu. Memang kosong Bu. Dua-duanya memang kosong…”
“Iya Bu” “Memang kosong bu” sahut seisi anak-anak lagi.

Irma memastikan semua tempat duduk terisi, dan memang hanya bangku paling belakang diduduki siswi misterius itu, sedangkan sebelahnya tidak ada orang. Akhirnya Irma berjalan ke belakang. Menarik tangan siswi misterius itu, sehingga terlihat wajahnya. Dia hanyalah orang yang menggunakan make-up bedak putih.
Siswi itu menatap dengan terkejut, seisi kelas juga ikut terkejut.

“Sebetulnya keusilan kalian itu cukup sempurna. Saya tadi hampir percaya kalau kelas kalian berhantu. Tapi sayangnya, tadi kalian keceplosan,” jawab Irma sambil tersenyum.

Angsa Putih yang Menyeramkan

Assalamu’alaikum wr. wb, saya Adi, akan berbagi cerita tentang angsa putih yang menyeramkan. Saat itu saya dan teman-teman sedang menginap di suatu Sekolah Menengah Pertama di kota Bandung dan bagi kalian para penggemar cerita horor semoga kalian puas dengan cerita saya. Selamat membaca dan semoga mimpi kalian indah di malam nanti.


Malam sudah cukup larut. Tapi hujan yang lebat pada malam hari itu benar-benar sangat membuat sunyi sekolah kami.
Saya Adi Pamungkas bersama kedua teman saya Fani Ahmad Jakaria dan Sony Pratama sedang mengerjakan tugas untuk persembahan kami besok lusa. Pada malam itu kami sedang memikirkan bagaimana penampilan kami di atas panggung menjadi semakin menarik dan enak untuk ditonton oleh teman dan guru-guru.

Sambil bercanda tawa kami pun lantas membuat 1 cangkir kopi hitam dan mengeluarkan 1 bungkus rokok Magnum. Malam pun sudah mulai larut atau tepatnya jam sudah menunjukan pukul 23.30 tapi hujan masih saja lebat, kami pun terdiam di ruangan kelas paling pojok.

Dan pada saat kami terdiam, salah satu temanku mempunyai usul untuk bercerita dan saling bertukar pikiran “katanya”.
Agar kondisi kelas tidak terlalu hening. Kami pun memulai untuk saling mendengarkan cerita di antara dari kami. Lama kami bercerita tiba-tiba salah satu dari teman kami menceritakan bahwa temannya pernah menemui seekor angsa putih yang berubah menjadi kuntilanak yang sangat menyeramkan, kami pun lantas mendengarkan ceritanya dari awal hingga akhir.

Setelah mendengarkan cerita tersebut akupun berkata “Halah palingan itu cuman khayalan teman lu doang brad”.
Karena pada saat itu saya sangat tidak percaya akan hal-hal takhayul yang sangat membosankan seperti itu, selepas berbicara seperti itu temanku pun berkata untuk menakut-nakuti saya, “Kalo lu ketemu baru tau rasa lu.”

Dengan nada yang sombong dan sompral aku pun berkata, “Mana hayo yang mau datang ke hadapan gwe. Gwe tantang lu kelahi sama gwe. Kagak takut gwe sama makhluk-makhluk jelek kayak lu”.
Setelah berbicara seperti itu, terdengar suara keras dari gudang sekolah yang tempatnya berada di paling pojok sekolah kami.

Tanpa pikir panjang kamipun hanya menganggap itu hanyalah sebuah suara dari seekor kucing atau tikus saja yang menjatuhkan barang di gudang. Dan kamipun melanjutkan cerita kami. Pada malam itu waktu sudah menunjukan pukul 00.00 kamipun memutuskan untuk menginap di sekolah dikarenakan hujan yang tidak kunjung reda, makin malam hujan makin deras dengan disertai angin yang kencang dan petir yang sangat membuat suasana kelas menjadi sangat tidak nyaman.

Di saat mereka terlelap akupun terbangun karena rasa ingin buang air kecil yang sangat menggangguku. Akupun membangunkan temanku akan tetapi mereka tidak mau mengantarku ke toilet dengan alasan yang sama yaitu akan rasa takut setelah mendengar cerita angsa tadi.
“Huh cemen lu pada,” ucapku kepada kedua temanku.

Tanpa berfikir panjang akupun lantas bergegas untuk menuju toilet yang tempatnya bersebelahan dengan gudang sekolah kami, di saat membuka pintu terasa hembusan angin yang kencang yang membuat bulu kuduk ku merinding.

Akupun tidak menghiraukannya dan terus berjalan menuju toilet. Sesampainya di sana akupun lantas membuang air yang sangat mengganggu tidurku. Dan tiba-tiba saja terdengar suara keras dari belakang atau tepatnya pada pintu toilet.
Pada saat itu aku berfikir mungkin itu hanyalah suara dari teman-temanku saja yang iseng kepadaku dan akupun berkata dengan nada keras “DIEM GANGGU AJA LO” (Ucapku).

Pada saat membuka pintu, ternyata tidak ada satu orangpun di depan pintu toilet. Lalu aku memandang ke arah depan. Aku melihat dari kejauhan seperti ada sesuatu yang bergerak. Semakin kulihat semakin jelas bentuk dari benda tersebut dan bentuknya menyerupai angsa putih yang sedang berjalan membelakangiku.
Astaga!!! semakin kulihat itu angsa tersebut seperti menjadi sesosok makhluk memakai baju putih berambut panjang dan dia terbang menuju pohon yang berada tepat di depan pandanganku dan diapun tertawa dengan nada yang sangat menyeramkan dan diapun berbalik sambil memandang sinis terhadapku.

Wajahnya hancur, matanya merah dan dia terus memelototiku seperti ingin membunuhku. Akupun lantas bergegas untuk pergi dari tempat tersebut. Namun tubuhku mendadak menjadi kaku dan tidak bisa aku gerakan sama sekali dan tiba-tiba mulutku kaku diikuti dengan mata yang kabur dan semakin lama mataku tidak bisa melihat apa-apa, dan terdengar suatu bisikan yang sangat seram ditelingaku “NGAJAK RIBUT SIA KA AING HEHH. WANI SIA KA AING !!! HAYANG KU AING PODARAN SIA AYEUNA KENEH” (Ngajakin berantem kamu ke aku hehh. Berani kamu sama saya! Mau saya bunuh kamu sekarang juga).

“Ampun!! Ampun!!!” (ucapku didalam hati dengan nada yang sangat ketakutan) dan dia pun tertawa dengan nada yang menakutkan hingga akhirnya akupun tidak sadar akan keadaanku sekarang.
Hingga pada keesokan harinya akupun terbangun diatas sofa di ruangan guru dengan teman-teman dan guru yang melihatku dengan tatapan yang mengherankan dan bersyukur karena aku telah sadar kembali.
Kata mereka aku tertidur di atas bangku murid yang mati karena dibunuh dengan sadis disekitar sekolah kami pada tahun yang lampau.

Akupun lantas menceritakan kisahku yang melihat sesosok wanita yang sangat menyeramkan tadi malam dan akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk menyempurnakan makhluk tersebut beserta seisi ruangan kelas yang ada disekolah kami. Dan akhirnya akupun sadar bahwa di dunia ini tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan saja yang ada akan tetapi mereka juga berada disekitar kita. Jadi janganlah kamu berkata sompral kepada mereka dan teruslah memperkuat iman kalian agar kalian terhindar dari mereka-mereka yang jahil kepada kalian. Terima kasih sudah mau membaca cerita saya. Assallamualaikum wr. wb.

Armin Meiwes: Kanibalisme yang Menggegerkan

Jika tahun 2003 Indonesia sempat dihebohkan dengan cerita kanibal Sumanto, maka dunia pada tahun 2002 dikejutkan dengan kisah kanibal yang tidak kalah mengerikan.


Sebelum CeritaMistis melanjutkan kisah di bawah ini, bagi yang sedang makan, atau yang memiliki jantung lemah atau mental tidak kuat, silahkan jangan baca artikel ini. Scroll ke bawah dengan resiko sendiri yah.

Ok…

  Ini kesempatan terakhir…

 
Baik, jika sudah sampai sini, maka dianggap kalian sudah siap mental, dan sudah selesai makan…
Armin Meiwes, warga Jerman ditangkap polisi pada bulan Desember 2002 atas tuduhan pembunuhan di Internet. Pada tanggal 30 Januari 2004, dia dijatuh hukuman penjara 8 tahun di penjara. Kasus ini mendapat perhatian yang besar di media, karena beberapa alasan, pertama Meiwes melakukan pembunuhan lalu memakan korbannya. Kedua, korban bersedia untuk dimakan…

Biasanya Meiwes akan memposting iklan di sebuah situs yang disebut dengan nama The Cannibal Cafe. Website ini dikunjungi orang-orang yang memiliki fetish terhadap kanibalisasi. Kasarnya merasa terangsang ketika dimakan, atau merasa terangsang karena memakan orang.

Singkat cerita, Meiwes posting di situs untuk mencari orang yang berusia 18 hingga 30, yang siap untuk dibunuh dan di makan. Salah satu korban awal bernama Bernd Jurgen Armando Brandes memenuhi iklan tersebut. Beberapa orang lainnya juga tertarik dengan iklan tersebut. Tetapi belakangan mereka mengundurkan diri. Meiwes mengaku dia tidak memaksa mereka melakukan sesuatu di luar kehendak mereka.

Kembali ke cerita, Brandes pun pergi ke rumah Meiwes tanggal 9 Maret 2001. Di sana mereka merekam kegiatan mereka. Meiwes memotong penis Brandes, dan dua lelaki itu mencoba memakan penis berbarengan sebelum Brandes menemui ajalnya.

Awalnya Brandes meminta agar Meiwes mencoba menggigit putus kemaluannya. Namun karena gagal, akhirnya menggunakan pisau. Branes sendiri mencoba memakan barang miliknya sendiri secara mentah-mentah, namun karena terlalu kenyal akhirnya gagal.

Meiwes sendiri mencoba memasak organ kemaluan sang korban, memberi bumbu dan mencoba memasak dengan menggunakan lemak tubuh Brandes. Namun karena gosong, akhirnya diberikan ke anjingnya.
Semua kejadian di atas direkam. Di dalam sidang para hakim dan pengunjung bisa melihat, Brandes terlalu lemah untuk memakan akibat kekurangan darah cukup banyak. Meiwes sendiri duduk sambil membaca buku selama tiga jam, membiarkan Brandes tergeletak di dalam kamar mandi.

Meiwes memberikan alkohol dan obat pereda sakit, puluhan pil obat tidur. Dan akhirnya menciumnya kemudian menusuk tenggorokan Brandes hingga tewas. Dia menggantungkan mayat Brandes di pengait daging, dan semenjak itu dia memakan daging itu selama 10 bulan. Menyimpan sebagian daging ke lemari es, sisanya ke kotak pizza.

Kalau Sumanto, memakan daging manusia karena ingin mencapai kesaktian, Meiwes mencari kepuasan seksual. Walaupun terdengar gila, fetish kanibalisme adalah sesuatu yang nyata dan digolongkan sebagai salah satu bentuk kelainan jiwa.

Kriminolog dan psikolog umumnya menggolong orang ini sebagai sosiopat. Orang yang tidak ada rasa empati, egois dan impulsif. Dalam beberapa hal, mereka tergolong memiliki fantasi yang sangat ekstrim terkait dengan kekerasan. Umumnya dengan cara membunuh saat berhubungan badan, atau bahkan memotong kelamin. Terkadang dilanjutkan memakan bagian dari tuhub korban. Tipe yang pertama ini disebut “erotophonophilia”

Selain itu, ada juga yang disebut “vorarephilia”, yakni merasa terangsang karena dimakan, memakan orang atau melihat orang lain memakan manusia. Brandes tergolong memiliki vorarephilia.
Secara psikologis, mengapa orang bisa berpikir seperti demikian? Ini kemungkinan adalah turunan dari sadomasochism. Yakni perspektif dominasi atau submisif. Memakan seseorang bisa dianggap sebagai total dominasi seorang pemangsa, dan total submisif dari mangsa.

Satu hal yang mungkin kalian tidak ketahui adalah, di Internet, atau mungkin di Deep Web, masih banyak orang-orang seperti Armin Meiwes yang memiliki fetish seperti itu. Armin Meiwes sendiri mengaku, dia yakin setidaknya ada 800 orang Jerman lainnya yang sama seperti dirinya…

Mendiang Siswa Saya Kirim Jawaban Tugasnya

Sekedar info latar belakang, saya adalah guru SMP di Jakarta. Nama saya Ridwan. Saya mengajar mata pelajaran sains untuk ana kelas 8. Ada 35 siswa di dalam kelas. Namun, yah, sekarang sudah menjadi 34. Salah seorang siswa saya bernama Lukas meninggal dunia sebulan yang lalu.


Karena sekolah yang saya ajarkan adalah kelas internasional, dan anak-anak semuanya memiliki komputer saya selalu memberikan tugas ke mereka dengan menggunakan program bernama Google Classroom. Bagi yang belum tahu, program apa itu, Google Classroom memungkinkan saya sebagai guru kasih tugas secara online, dan mereka bisa kirim jawaban mereka di sistem yang sama. Nanti saya bisa langsung beri nilai dan komentar sehingga mereka langsung bisa merevisi atau meninjau kembali. Dari sisi saya, saya jadi lebih gampang menilai kerjaan anak-anak.

Sekarang masalahnya, dua hari yang lalu saya menerima ada 35 orang yang submit jawaban. Ini gak masuk akal. Jadi saya cek, siapa saja yang mengumpulkan tugas. Satu per satu nama saya telusuri, dan akhirnya saya melihat satu nama: Lukas Candra.

Bulu kuduk saya langsung berdiri. Tapi saya langsung terpikir ini pasti kerjaan anak-anak usil. Saya mencoba melihat apa jawaban yang dia submit. Dan inilah yang saya terima:

Soal: Jelaskan apakah itu struktur vestigial!
Jawaban: Struktur vestigial adalah struktur yang diduga berasal dari sisa-sisa evolusi organisme nenek moyang.
Okay, saya akui jawaban yang baik. Pertanyaan berikutnya:

Soal: Berilah satu contoh struktur vestigial!
Jawaban: Usus buntu manusia. Tapi, saya gak punya.
Betul juga. Saya kebetulan tahu, kalau usus buntunya sudah dikeluarkan saat dia berumur delapan tahun.

Soal: Siapakah yang menciptakan sistem tata nama binomial?
Jawaban: Karl Deinanus
Kebetulan soal yang satu ini dia salah. Jawaban yang benar adalah Carl Linnaeus
Soal: Apakah itu lingkungan?
Jawaban: Kondisi atau sekitar yang memungkinkan organisme hidup.
Ok, dia mendapat jawaban ini benar
.
Soal: Di lingkungan seperti apa tempat tinggal kamu?
Jawaban: Saya tidak tahu. Di sini sangat gelap. Dingin. Saya sendirian… Terkadang saya mendengar suara erangan.
Bulu kuduk kembali berdiri membaca baris jawaban tersebut. Saya melihat jawaban-jawaban lain. Tetapi ternyata sudah tidak ada. Dia hanya menjawab sampai soal tadi itu saja.

Saya memutuskan mengirim pesan ke akun Lukas, atau orang yang menyamar sebagainya.
Saya: “Siapa kamu? Katakan kalau tidak mau kena hukuman.”:
Lukas: Saya Lukas! Tidakkah Bapak bisa membaca nama saya? Perlu bukti? Nilai rapor saya sebelumnya adalah 89! Kamu pernah sekali suruh saya maju ke depan dan jaga sikap karena saya banyak bertingkah di kelas! Saya harap Bapak berhenti.

Saya tidak tahu bagaimana mungkin “Lukas” ini tahu semuanya. Tetapi apa yang dia sebutkan semuanya benar. Saya membalasnya lagi
Saya: “Lukas” tolong jangan berbohong lagi. Lukas yang asli telah meninggal sebulan lalu karena kebakaran rumah. Tolong hentikan ini jangan sampai menjadi kasus.
Beberapa jam kemudian dia balas lagi

Lukas: Saya Lukas Candra! Kenapa Bapak tidak percaya? Percayalah… Bapak harapan saya terakhir.
Saya mulai kesal dengan orang ini. Saya kirim balik:
Saya: Sudah! Jika kamu memang asli, datang saja ke rumah saya! Alamat saya di : ######### (saya sensor di sini yah)

Setelah beberapa detik saya tekan enter, saya menyesal. Saya betul-betul merasa gampang marah, dan harus bisa mengontrol diri.
Hari ini saya terbangun oleh suara alarm kebakaran. Rumah saya kebakaran. Saya segerea menghubungi pemadam kebakaran. Beberapa menit kemudian, datanglah mereka. Perlu hampir dua jam untuk memadamkan api. Yang anehnya, ada sesosok mayat yang hangus di dalam rumah. Sekedar info saya tinggal sendirian di rumah.

Saya butuh waktu menjelaskan ke polisi saya betul-betul tidak tahu mayat siapa itu, dan saya betul-betul tidak mengerti mengapa bisa ada mayat di rumah saya. Mereka mencoba melakukan investigasi, tetapi tentu saja mereka tidak bisa menemukan bukti apapun.
Tadinya mereka bahkan sampai menduga saya mungkin terlibat kasus pembunuhan. Jadi mereka mencoba menggali kembali kuburan Lukas untuk otopsi dengan harapan bisa menemukan petunjuk keterlibatan saya. Tetapi akhirnya mereka menemukan hal yang lebih aneh lagi, makam Lukas tidak terlihat pernah digali, tetapi mayatnya telah hilang.

Cerita Seram untuk Anakku

Nak, boleh kita ngomong soal Keamanan Internet sebentar?” Saya duduk perlahan di sampingnya. Dia saat itu sedang memainkan Minecraft di laptopnya, pada server publik. Matanya masih terpaku ke layar. Komentar-komentar bergerak terus menerus di sebelah kanan layar. “Nak, boleh berhenti main game sebentar?”
Dia akhirnya keluar dari game, tutup laptop, dan menatap saya. “Pa, apakah ini cerita horor gak jelas lagi?”
“Apaaa?” Saya pura-pura merasa sedih, lalu tersenyum, “Saya kira kamu suka cerita-ceritanya”. Dia dari kecil sudah mendengar cerita saya tentang anak-anak yang bertemu nenek sihir, hantu, manusia serigala, monster. Seperti orang tua di generasi-generasi sebelumnya, saya menggunakan cerita seram untuk mengajar moral dan pelajaran mengenai keamanan. Sebagai seorang single dad, saya harus bisa memanfaatkan segala teknik sesuai kebutuhan.
Dia bergerutu, “Ceritanya mungkin gak masalah kalau saya umur enam tahun. Saya sudah lebih gede. Cerita itu udah gak menakutiku lagi. Bahkan ceritanya terdengar bodoh. Kalau papa mau cerita tentang Internet, bisa buat sangat-sangat seram?”
Saya menatapnya dengan serius.
Dia melipat tangannya, “Saya sanggup Pa. Saya sudah 10 tahun.”
“Hm.. Baiklah. Saya coba.”
Saya pun memulai, “Pada suatu waktu, ada seorang anak bernama Kelvin…” Ekspersinya menunujukkan dia tidak terpukau dengan awal cerita horor ini. Dia menghela napas dan pasrah mendengar cerita horor gak jelas dari ayahnya lagi. Saya lanjut…
Kelvin berselancar dan bergabung di beberapa situs anak-anak. Sesaat, dia mulai berbicara dengan anak-anak lain di dalam game dan di forum. Dia berteman dengan anak yang satu lagi bernama Helper23. Mereka menyukai film dan game yang sama. Mereka tertawa pada lelucon satu sama lain. Mereka mencari game-game terbaru bersama-sama.
Setelah menjalin pertemanan selama beberapa bulan, Kelvin memberikan enam poin kepada Helper32 dalam game yang mereka main. Ini adalah hadiah yang sangat besar. Ulang tahun Kelvin sudah dekat, dan Helper23 ingin memberikan hadiah yang keren di dunia nyata. Kelvin rasa, tidak masalah memberikan alamat lengkap rumahnya, selama Helper23 berjanji tidak memberikan ke orang asing atau orang dewasa lain. Helper23 berjanji tidak akan memberi tahu siapa-siapa bahkan ke orang tuanya.
Saya berhenti sebentar dan tanya ke anak saya, “Menurut kamu, apakah itu ide yang bagus?”
“Nggak!” jawabnya sambil menggeleng-geleng keras.
Ya, Kelvin juga merasa bersalah. Dia merasa menyesal sudah memberikan alamatnya. Dan rasa bersalah semakin besar, dan semakin besar, dan semakin besar. Pada malam hari, Kelvin bertekad mengaku ke orangtuanya. Dia rasa hukumannya akan sangat berat, tetapi lebih baik begitu daripada hati nuraninya terganggu. Dia tidur di kasur sambil menunggu orang tuanya masuk.
Anak saya sudah tahu bagian seramnya akan tiba. Biarpun tadi dia berbicara seolah-olah tidak takut, sekarang posisinya sudah mulai maju dan  mata berbinar. Saya berbicara dengan suara lebih kecil dan lambat…
Dia mendengar suara-suara aneh di dalam rumahnya. Mesin cuci seperti didorong sana sini. Suara ranting bergesekan dengan lantai di luar kamarnya. Juga terdengar suara adiknya yang masih bayi memanggil “Aaa… aaa..” Kemudian ada suara lain yang tidak begitu dia kenali. Akhirnya dia mendengar suara langkah kaki ayahnya di koridor.
“Pa?” Dia memanggil dengan tegang. “Saya mau beri tahu sesuatu.”
Kepala ayahnya muncul dari balik pintu dengan sudut yang aneh. Di kamar Kelvin yang gelap, mulut ayahnya tidak kelihatan bergerak, dan matanya kelihatan sangat aneh. “Ya, nak?”
Suaranya sangat berbeda.
“Kamu gak apa-apa, Pa?” tanya Kelvin.
“Gak apa-apa…” Jawab ayahnya kembali. Tetapi gaya bicara itu sangat berbeda. Berbeda sekali.
Kelvin menarik selimutnya mendekap dirinya. “Eemm… Mama ada?”
“Mama di sini!”
Tiba-tiba muncul kepala ibunya dari balik pintu di bawah ayah. Suara ibu terdengar seperti falseto yang tidak natural.
“Apakah kamu memberi tahu alamat rumah kita ke Hleper23? Kamu seharusnya tidak melakukannya! Kami sudah BILANG jangan beri informasi personal ke Internet!” tukas mama.
Dia lanjut, “Dia bukan anak-anak! Dia hanya berpura-pura. Kamu tahu apa yang dia lakukan? Dia masuk ke rumah kita dan dia bunuh kita berdua. Jadi dia bisa bareng kamu untuk sesaat!”
Lalu muncullah seorang pria gemuk dengan jaket basah dari balik pintu, memegang dua kepala yang terputus. Pria tersebut menjatuhkan kedua kepala itu dan berlari ke arah Kelvin dengan pisaunya yang siap untuk menghunjam. Anak malang itu hanya bisa berteriak.
Anakku ikut berteriak. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Padahal saya baru ingin masuk ke inti cerita.
Setelah beberapa jam, kondisi Kelvin hampir mati. Teriakannya sudah menjadi suara rengekan lemah. Sang pembunuh menyadari suara bayi kecil di ruang sebelah. Dia mencabut pisau dari Kelvin. Ini adalah hal yang spesial. Dia tidak pernah membunuh bayi sebelumnya. Dan dia sangat semangat atas hal ini. Dia keluar dari kamar Kelvin membiarkan dia sekarat, dan pergi mencari sumber suara tersebut.
Di kamar bayi, dia berjalan mendekati tempat tidur sang bayi. Dia menggendong bayi itu. Bayi itu langsung berhenti menangis. Dia melihat dan tersenyum. Helper23 tidak pernah menggendong bayi sebelumnya. Tetapi dia menimang bayi itu seperti seorang yang ahli. Dia mengelap tangannya yang merah dengan ke selimut, jadi dia bisa mengusap pipi lembut bayi. “Halo, anak manis.”  Aura dingan nan sadis mencair menjadi lembut dan hangat.
Dia pun membawa bayi itu ke rumahnya, dan menamainya William, dan membesarkannya bagaikan anak sendiri.
Setelah saya menyelesaikan cerita tersebut, anak saya terlihat gemetaran hebat. Antara napas yang tidak beraturan, dia tergagap “Tapi Pa. Nama saya William.”
Saya memberikan kedipan khas ayah dan mengacak rambutnya, “Tentu saja, anakku.”
William pun berlari ke atas sambil menangis. Tapi saya rasa dia menyukai cerita ini.

Pengalaman Horor Saat Kecil

gue mau cerita pengalaman horor kecil gue. Gue itu dulu pernah tinggal di Kramat Jalan dan di situ angker min (namanya aja udah Kramat wkwk) nah, karena dulu ortu gue miskin, jadi nya gue sama ortu gue tinggal di rumah om gue. Di situ rumahnya udah dari beton (tapi rembes kuning kuning gitu) trus tangganya masih kayu, di bawah tangga ada tempat pompa air dan lantai di lantai dua nya juga masih kayu.

Nah, kira kira sekitar 1 minggu an gue di situ, kaga ada kejadian apa-apa. Seusai seminggu itu nih tapi kemudian pengalaman horor itu terjadi, gue yang waktu itu umur 3 tahun tiap maghrib suka nangis nangis, kalo dibawa keluar rumah itu gue biasa aja, tapi kalo di bawa masuk lagi, gue nangis lagi. Berhari-hari kayak gitu sampe tiba-tiba gue demam tinggi dan gabisa makan, ya, apa yang gue makan, pasti ke muntah gitu aja. Ortu bawa ke dokter dan ga sembuh sembuh, nyokap bilang dia udah pengen nangis sejadi jadinya abisnya muka gue sampe ijo gitu, dibawa kemana mana ga sembuh. Besoknya, pas jam 6 sore, nyokap denger suara benda jatoh dari arah kamar gue yang waktu itu gue emang lagi tidur sendirian.

Nyokap masuk kamar dan liat gue lagi berdiri trus mandang nyokap abis itu bilang, “dadah mama, dadah”, sambil lambai lambai tangan ke nyokap. Nyokap gue histeris langsung bawa gue keluar dari rumah, gue langsung di bawa ke orang pinter hari itu juga.

Nyokap cerita semua pengalaman horor, dia bilang pernah sempet liat penampakan juga di rumah itu. Cenayang itu langsung memutuskan buat pergi ke rumah itu. Abis di terawang sama dia, dia bilang, “rumah ini gaberes .. dulu ada orang tinggal di sini piara Jin, anak ceweknya dia waktu itu lagi hamil trus pas ngelahirin, meninggal, bayi nya juga .. terus orang ini akhirnya pindah dan Jin nya ga dia bawa”, nyokap gue merinding trus cenayang nya juga bilang, setan yang mau bawa gue adalah setan cewek yang meninggal itu, dia pengen gue gantiin anaknya. Lokasi kamar tempat cewek itu meninggal, pas di bawah tangga yang sekarang jadi tempat pompa air.

Cenayangnya suruh gue mandi air yang udah di kasih sesuatu sama dia, nyokap juga gatau apaan, gue di mandiin di luar rumah itu, di tempelin bawang putih di baju sama kantong baju. Cenayangnya bilang gue harus di bawa ngelewatin air laut (keluar pulau atau negeri) dan hari itu juga nyokap gue beli tiket pesawat ke kalimantan, ke rumah kakek nenek gue. Cenayangnya juga bilang gue gaboleh balik ke rumah itu lagi, dia ikhlas dan ga minta bayaran karna dia tau kondisi ekonomi keluarga gue dan beli tiket buat 2 orang aja duitnya udah pas pas an. Bokap stay di Jakarta karna emang masih harus kerja.

Gue balik ke Jakarta umur 6/7 tahun, gue sekolah disini, tinggal di rumah yang jauh dari lokasi rumah itu sampai sekarang. Gue gapernah balik lagi ke sana dan keluarga om gue juga udah pindah. Kalo aja nyokap gue telat bawa gue ke cenayang itu, mungkin aja gue udah gaada dan gabisa nyeritain hal ini, gue bersyukur dan berterima kasih sama cenayang itu walau sekarang gue gatau dia ada di mana.

Sekarang Saya Mulai Ikut Merasa Aneh

Sekitar seminggu yang lalu, ada sebuah flashdisk tercolok ke komputer untuk direparasi di tempat kerja part-time saya. Sebetulnya flashdisk-nya gak ada yang aneh. Dengan dilapisi logam, flashdisk ini sama seperti flashdisk-flashdisk pada umumnya. Saya memutuskan menyimpannya biar nanti balikkan ke pemiliknya pada saat ambil komputernya kembali.

Namun karena rasa penasaran dengan isi USB saya akhirnya iseng-iseng melihat isinya. Secara konten ada 3 folder dengan nama “Catatan Kasus”, “Training” dan “Email”. Folder terakhir itu yang paling menarik. Ada sekitar 100 file email yang tersimpan di dalamnya. Semuanya tidak terkoneksi ke online jadi saya bisa membaca kontennya. Ada beberapa konten yang sangat menarik. Biasanya saya tidak begitu usil tetapi konten-konten email ini membuat saya sangat penasaran. Jadi saya menyimpan email ini dan post ke sini untuk kalian coba bantu lihat.

From: Matthew.Howard
12/04/2012
Subject: Rebecca
Hi Daniel,
Apa kabar? Dah lama kita gak ngobrol. Beberapa waktu ini saya sibuk dengan kampus. Dan di rumah lagi ada masalah keluarga. Saya email kamu karena ingin meminta pendapat mu. (Sebetulnya ada apa dengan akun hotmail ini?)
Ini soal Rebecca. Kamu membantu banyak saat saya sedang ada masalah dengannya. Jujur saya memang masih memikirkannya sekarang. Namun saya mengikuti nasehatmu. Biarpun terkadang bawaannya pengen balikkan lagi dengannya, namun saya masih sanggup menahannya.
Ok, Saya masih menyimpan nomornya biarpun dia sudah hapus punyaku. Tapi saya blokir FB dan lainnya. Pokoknya hubungan kita selesai.
Masalahnya kemarin dia tiba-tiba email saya. Dai butuh bantuan. Ini John, cowok baru. Saya betul-betul pengen hajar cowok itu. Menurutmu apa saya balas email dia?

From: dantheman
12/04/2012
Subject: Jangan
Oi Matt,
Jangan, lol. Gak peduli alasannya apapun, jangan bicara ama dia sampai minimal setahun, ok?
Good luck, Daniel

From: Becky123456789
11/04/2012
Subject: Matt, kita perlu omong
Dear Matt,
Aku harap kamu baik-baik saja. Sudah cukup lama kita gak kontek yah. Udah ada cewek lain dalam hidupmu? Beberapa minggu terakhir saya memikirkanmu terus. Aku ingat waktu kamu bilang tidak akan bicara lagi denganku. Aku betul-betul tidak bermaksud melukai perasaanmu. Aku tahu email lamaku diblok, jadi buat email baru ini untuk kontekmu. Kalo ok, boleh kita bicara?
John mulai bersikap aneh, dan aku betul-betul butuh bantuan. Aku memintamu karena… Sejujurnya, saya agak takut dengan John dan kamu adalah cowok terakhir yang paling dekat dengan ku, selain dia. Aku gak mau cerita ke temanku, soalnya aku takut mereka akan menghakiminya. Apakah saya mulai menggeneralisir orang?
Ok, kalo kamu tidak hapus email, mohon baca terus. Aku akan jelaskan. Namun kalo kamu memang tidak ingin bicara lagi denganku, aku juga paham. Aku gak akan hubungi kamu lagi.
Bulan lalu John membereskan kamar mandinya. Aku tahu ini kedengaran bodoh. Namun dia melakukannya. Aku ke situ, dan memang kamar mandinya bersih. Permukaannya mengkilap, tanpa noda. Dia bahkan meletakkan pengharum, dan yang lebih hebatnya lagi, dia bisa meletakkannya semua barang begitu rapi dan sempurna. Padahal barang-barangku di situ, dan kamu tahu sebanyak apa barangku. Dia mampu meletakkannya tepat sejajar dan sempurna semua barang-barangku dan barangnya. Aku pertama kali melihatnya begitu terkejutnya, namun sekaligus juga kagum. Dia bersikap biasa-biasa saja.
Lalu sejak itu, rumah bagian lain pun menjadi super rapih. Semua buku tersusun secara alfabet. Semua majalah di atas meja tertata secara rapi. Aku mulai merasa janggal, jadi aku tanya dong, sebetulnya dia mau napain. Dia bilang tidak kenapa-kenapa. Kenapa dia melakukan ini semuanya? Pertama-tama aku pikir dia selingkuh. Kebetulan saya tahu password FB-nya, jadi aku cek, dan gak ada apa-apa. HP-nya juga gak ada apa-apa. Jadi aslinya curiga, sekarang aku udah gak.
Sekitar seminggu lebih lalu, aku pergi ke dapur, dan dia sedang mencabut satu set pisau dapur. Dia melihat satu per satu pisau dan meletakkannya beberapa ke meja, dan yang lain masukkan kembali ke tempat setnya. Yang ada di meja diletakkan sejajar. Aku tanya dia sedang napain. Jawabannya, “Kita gak butuh semua pisau ini Rebecca, saya akan buang ini.”
Aku bilang, “John, kamu tahu ini omong kosong.”
Dia betul-betul marah saat itu. Jadi saya pergi.
Semalam jam 1 aku terbangun. John tidak di kasur. Aku mendengar dia mengobrak-abrik barang di lantai bawah. Aku mengintp dari ujung atas tangga. Kamu masih ingat rak buku kecil di dekat tangga. Nah dia di situ mengambil buku kemudian bergumam sendiri, seperti ngomong angka dan persamaan.
Aku pun memanggilnya. “John.” Dia mendongak ke atas.
Aku lanjut bertanya, “Lagi napain?”
Dia pun menjawab, “Say.. Ada 75 buku dalam rak ini. Ini artinya 3 kali 25, yang berarti 5 kali 5. Dia sangat suka 5”.
Aku bingung dan tanya, “Apa suka 5”
“Sang Wajah Muram” jawabnya. Dan dia menyusun buku kembali, mengabaikan aku. Aku mulai sadar perubahan perilakunya selama sebulan ini. Jadi aku lari turun dan mengambil buku itu taruh kembali ke rak. Namun dia mencengkeram tanganku. Ya ampun, percayakah kamu? Dia mencengkeram tangan aku! Aku tidak berkutik. Dia begitu kuat. Dia mulai mengangkat tangan dia yang satu lagi. Aku kira dia akan memukulku.
Dia berkata dengan pelan, “Rak ini butuh 49 buku. 7 kali 7. Dia tidak suka 7. Dia suka 5. Ok? Saya akan melatihmu.”
Aku begitu ketakutan dan kabur dari rumah.
Fuh, email ini jadi panjang sekali. Aku sekarang tinggal di rumah si Rani. Kamu bisa datang? Biarpun kamu gak bisa membantu, aku akan sangat senang kita bisa membicarakannya.
Semoga bisa berjumpa dengan mu lagi…

From: Matthew.Howard
13/04/2012
Subject: Saya gak peduli, saya akan lakukan
Dan
Saya dah pikir matang-matang. Saya rasa saya akan bertemu dengannya. Saya gak peduli apa yang akan kamu pikirkan.
Matt
From: Matthew.Howard
13/04/2012
Subject: Ya ampun, ini parah sekali
Dan, sorry email sebelumnya saya agak keterlaluan. Tapi saya rasa saya memang masih sayang dia. Tapi dengar, saya rasa masalah ini betul-betul besar. Saya rasa saya harus cerita ke orang lain.
Jadi, aku pergi ke rumah si Rani. Si Rebecca sementara tinggal di rumahnya. Begitu saya ketuk pintu, dia langsung keluar dan memelukku sekuat-kuatnya. Wajahnya merah. Saya rasa dia menangis terus menerus. Oh, sorry, saya lupa kamu belum tahu. John menjadi agak aneh, dan si Rebecca akhirnya memilih minggat. Jadi aku menenangkannya. Saya gak melihat si Rina. Mungkin dia keluar karena gak tahan dengan Rebecca. Setelah dia agak tenang, dia minta anterin dia ke rumahnya, buat bertemu si John. Jujur saya mengharapkannya.
Saat di rumahnya, dia minta saya masuk duluan. Di pintu masuk ada 7 tumpukan buku. Saya mendorong pelan-pelan pintu dan memanggil John. Tidak ada yang menyahut. Rebecca bilang sebelumnya, rumahnya sangat rapi. Tetapi berjalan di dalam rumah itu membuat aku agak keder juga. Rumah itu terlihat tidak ada penghuninya. Juga seperti tidak pernah ada penghuni.
Kami mencari sekeliling. Saya memanggil John terus. Tetapi dia tidak merespon. Semua ruangan begitu rapih. Lalu akhirnya sampai tibanya ke kamar mandi. Kami melihat ada darah dari wastafel menuju ke dalam bak kamar mandi. Di situlah tergeletak John. Tangannya ada luka sayat dari telapak hingga ke siku lengan. Saya hampir muntah. Buru-buru aku cegah Rebecca agar jangan masuk, tetapi telat. Rebecca langsung muntah.
Selanjutnya sudah pastinya kami panggil polisi. Namun saat sedang menunggu, saya melihat si John memegang sebuah buku kecil. Ini kayak diari. Saya pun mengambilnya. Rebecca, gak sadar. Dia agak syok.
Menurut kamu apa yang harus aku lakukan pada benda ini? Kamu kapan baru ke sini? Saya pengen ketemu kamu dan ngobrol langsung.

From: dantheman
14/04/2012
Subject: Ketemu Yuk
Dear Matt,
Wew, itu betul-betul parah sekali. Aku harap kalian baik-baik saja. Saya masih harus keluar sebulan. Maksimal dua bulan. Jangan lakukan hal-hal bodoh yah? Aku kurang suka kalau ngomong di email, aku kurang pintar. Kamu akan baik-baik saja.

From: Matthew.Howard
14/04/2012
Subject: Buku Diari
Daniel,
Aku membaca buku diari tersebut. Sepertinya ini ditulis oleh John. Dan ini juga menjelaskan perilakunya. Saya lihat ini bukan diari, lebih mirip ensiklopedia. John percaya ke suatu entitas bernama Sang Wajah Muram. Tidak dijelaskan apa itu, tetapi ada serangkaian aturan. Contohnya dia suka kelipatan lima, dan membenci kelipatan 7. Lalu harus menyusun barang dalam susunan tertentu. Sungguh aneh sekali.

From: Matthew.Howard
17/04/2012
Subject: Sepertinya aku ketularan penyakitnya :p
Dan
Hari ini saya mengalami hal aneh. Saya membuang beberapa DVD tua (Masih ingat film Four Lions? Film bagus itu). Saya lalu sadar ada 5 DVD di rak. Dan itu membuat saya teringat akan Sang Wajah Muram. Saya tertawa. Lalu saat saya mau masukkan DVD ke dalam kantung, saya melihat wajah. Di kantong maksudnya. Dua klip di kantong itu seperti mata. Dan mulut kantong itu bentuknya seperti mulut.
Ya.. Silahkan tertawain aku. Saya mengambil 2 DVD dari kantong dan taruh ke rak. Sekarang wajahnya hilang. Mungkin karena posisi kantongnya beda.
Si Rebecca sekarang baik-baik saja. Dia ingin keluar dari rumahnya. Tetapi masa kontraknya baru akhir September. Jadi dia akan mencoba cari pengganti. Saya tahu ini terlalu cepat, tapi saya mau rujuk lagi amanya. Gimana menurut kamu?

From: Matthew.Howard
21/04/2012
Subject: Saya mulai gila
Hi Daniel,
Si Rebecca bilang Ya! Saya bawa dia ke restoran Italia favorit kamu itu dan pura-pura anggap ini first date kami. Ini sungguh menyenangkan. Tetapi si Wajah Muram terus menghantuiku.
Saya terus melihatnya di mana-mana. Saat saya berjalan lalu ada mobil lewat, bagian depannya seperti wajah. Saya melihat di buih kopi, di bentuk bangunan.
Saya juga mulai suka menghitung segalanya. Buku, DVD, lalu pisau. Saya rasa ini gara-gara saya mendengar John suka berhitung juga. Semuanya harus kelipatan 7. Jika bukan, atau lebih parah, kelipatan 5, maka saya akan melihat banyak wajah. Dan setiap kali saya lihat, wajah itu semakin lama semakin marah.
Bahkan saat ketik ini saya melihat speaker sebagai mata dan keyboard sebagai mulut. Saya tahu kamu pasti angap ini bualan saja. Tapi ini jujur. Saya kesulitan untuk tidur.

From: Matthew.Howard
24/04/2012
Subject: Makin parah
Halo Daniel,
Saya punya satu rak yang penuh dengan barang-barang gak jelas yang tidak tahu entah harus taruh di mana. Yah, saya sendiri mulai terusik dengan rak itu. Saya tidak tahu apakah saya bisa membiarkannya. Saya rasa saya harus MERAPIKANNYA.

From: Matthew.Howard
24/04/2012
Subject: Rebecca :(
Hey Daniel,
Rebecca memergoki aku mencabut sekrup dari rak. Dia pergi. Dia meninggalkan aku :(

From: Matthew.Howard
26/04/2012
Subject: Kok gak balas?
Halo Daniel,
Saat jalan ke kantor, saya kembali melihat wajah mobil dan betul-betul ketakutan. Dia menuju ke arah saya dan sepertinya ingin darah. Saya mengira akan ditabrak. Namun saya berhasil menemukan solusinya. Mobil itu merah. Jadi saya akan menghitung semua mobil merah.
Saat menghitung, dia sepertinya terlihat bingung. Saat sampai di kantor, saya hitung ada 20 mobil merah. Tapi saya pura-pura menghitung ada 1 ekstra jadi 21. Namun dia tahu. Besok saya akan hitung mobil biru.

From: Matthew.Howard
28/04/2012
Subject:
Aku hanya ingin ini berhenti

From: Matthew.Howard
2/05/2012
Subject:
Kenapa aku baca buku itu? Orang- orang harus belajar menghindar Sang Muka Muram. Mereka harus tahu caranya. Tapi kenapa harus aku? :(

From: Matthew.Howard
2/05/2012
Subject:
Saya menghitung halaman di diari. 125 halaman. Itu 5 kali 5 kali 5. Mungkin SI WAJAH MURAM ingin kita membacanya. Mungkin saya salah hitung? 126 adalah kelipatan 7. Saya coba hitung lagi.

From: Matthew.Howard
2/05/2012
Subject: Kita akhiri ini saja
Hi Daniel,
Saya akan bakar buku ini. Mungkin lebih baik tidak ada seorang pun yang baca ini. Moga-moga email saya tidak memicu kamu juga. Jangan datang kemari Daniel. Kita bukan teman lagi.

From: dantheman
3/05/2012
Subject: Saya Datang
Hi Matt,
Saya pulang minggu ini. Saya akan cari kamu. Kenapa kamu gak jawab panggilan telepon aku?

Dan begitulah. Tidak ada email lagi dari Daniel, Matt maupun Rebecca. Saya memikirkannya beberapa saat. Dan saya rasa telah terjadi sesuatu pada Matt. Saya tidak tahu apakah dia berhasil membakar jurnal tersebut. Atau apa yang terjadi padanya jika dia gagal membakarnya. Namun pasti sesuatu telah menimpa dirinya. Mengapa dia tidak mengangkat teleponnya?
Edit: Saya mencoba menghubungi orang-orang itu. Itu bukan ide baik. Saya hapus kontennya, demi keamanan kalian bersama.


Mohon Bantu Saya Baca Cerita Ini

Halo para pembaca CeritaMistis. Maaf saya posting di sini di saat saya sedang membutuhkan bantuan kalian. Tolonglah saya. Kalian hanya perlu baca ini hingga akhir saja. Cukup itu saja. Saya tidak tahu harus cari siapa lagi.


Nama saya Maria. Saya single mother. Saya beritahu ini bukan untuk mendapat pujian atau dukungan atau apa-apa. Mungkin single mother yang lain yang butuh. Saya hanya perlu sedikit dari waktu kalian.
Sejujurnya saya merasa menjadi seorang ibu ini adalah sebuah beban. Penting, tapi, tetap saja adalah beban bagiku. Putra saya namanya Rino. Saat ini sudah berumur 11 tahun. Masuk kelas 5 dan benci matematika.

Rino sama seperti anak-anak kelas 5 SD lainnya, penuh semangat, ceria dan penuh tawa. Namun semuanya berubah ketika dia berkenalan dengan Stan.
Stan, adalah siswa yang belakangan pindah ke kelas Rino. Dia anak dari kota sebelah. Gurunya si Rino mendudukkan Stan di sampingnya.

Saat saya menjemput Rino dari sekolah di hari Selasa itu, dia cerita kalau Stan adalah teman baik barunya. Tapi satu hal, dia tidak seperti dirinya. Dia terlihat pucat dan berkeringat. Takut dia demam, saya cek suhu badannya. Tapi termometer tidak menunjukkan adanya gejala panas. Saya tanya mengenai apa yang dia lakukan di hari itu saja, dia hanya menjawab kalau Stan adalah teman baik barunya.

“Stan, teman terbaikku,” begitu jawabnya.
“Saya tahu. Saya tidak sabar bertemu dengannya.”
“Ma, Stan itu hebat. Kamu harus bertemu dengannya. Dia teman terbaik. Terbaik sedunia.”
Saya rasa, kami sudah melalui percakapan seperti ini hampir ratusan kali. Malamnya saat saya ke kamarnya untuk menyuruhnya tidur, dia dengan mata berkaca-kaca dan meminta saya mendekat. Saya pun membungkuk dan bertanya ada apa. Dia dengan tangan menutup mulutnya seolah-olah ingin memberi tahu rahasia. Dia membisikkan sesuatu ke telinga saya. Saya merasa menggigil ketakutan. Waktu itu saya belum mengerti mengapa saya ketakutan.

Dia berbisik, “Ma, kamu percaya saya kan?”
“Percaya apa sayang?”
“Stan,” katanya, “Stan adalah sahabat terbaikku.”
Saya menganggukkan kepala. Dan kembali mengambil suhu badannya lagi.
Dan sekali lagi, dia tidak sedang demam.
Saya pergi ke kamar tidur, tetapi malam itu saya tidak bisa tidur nyenyak.
Hari Rabu, saya mengantar Rino ke sekolah. Dia telihat agak was-was, dan dia bilang tidak mau ke sekolah.
“Kamu sakit?” tanya saya.

“Tidak,” jawabnya. Dia menggigit bibir bawahnya. Saya tidak pernah melihat dia begitu. Lalu tiba-tiba dia berkata, “Tidak. Saya harus sekolah,” dan langsung keluar dari mobil.
Tidak ada pamitan. Tidak ada ucapan selamat jalan. Tidak ada apa-apa.
Dia menuju ke sekolah dengan kepala tertunduk. Saya putar arah menuju ke kantor bekerja.
Namun ada seorang anak laki-laki berdiri tepat di depan mobil saya. Dua detik dan saya mungkin akan menabrak anak itu. Bocah itu terlihat sangat pucat. Dia mengetuk kap mobil dua kali dan menyapunya sekali, lalu berjalan ke tangga sekolah.

Saat saya menjemput Rino, dia telihat ceria. Dia kelihatan lebih pucat dari biasanya, tapi dia terlihat senang. Dia ceritakan sehari-hari dia di sekolah. Dia cerita tentang dinosaurus, musik, dan matematika. Lalu dia cerita waktu istirahat..

“Lalu setelah pelajaran matematika, kita jam istirahat. Kamu gak akan percaya apa yang saya lakukan waktu istirahat Ma.”
“Ceritain dong,” ujar saya sedikit memelas sambil mengemudi. Saya mengira dia akan cerita main kejar-kejaran, sepak bola, atau petak umpat. Sesuatu yang dilakukan anak laki-laki saat istirahat. Sesuatu yang normal.

“Saya bergabung dengan sebuah gereja!”
Saya mengernyit. “Gereja? Di waktu istirahat?”
Rino, mengangguk. “Gereja Stan”
Saya kira itu permainana anak-anak yang baru. Permainan membuat agama baru.
“Jadi apa itu gereja Stan?” tanya saya
“Itu gerejanya Stan, Ma,” jawab Rino tertawa seolah-olah itu adalah pertanyaan terbodoh.
“Lalu apa yang kalian lakukan? Maksudku, sebagai anggota gereja?”
“Banyak. Hari ini kami mendengar Stan berbicara. Dia mengatakan kata-kata yang aneh dan saya merasa mengantuk dan tertidur. Banyak teman-teman lain juga begitu.”

Saya memarkirkan mobil ke rumah, dan kami pun berjalan keluar.
“Apa itu?” tanya saya. Sungguh terdengar aneh. Tetapi anak-anak belum melakukan sesuatu yang salah.
“Stan juga kasih kami brosur.”

Rino menyerahkan sebuah kertas yang sudah lecek. Itu adalah kertas manila dengan tulisan spidol dua kata : Gereja Stan.

Agak aneh. Tetapi saya rasa anak-anak sedang bermain permainan imajinasi. Saya tidak tahu betapa salahnya saya.
Kemarin saat saya menjemput Rino dari sekolah, saya bisa melihat dia betul-betul dalam masalah. Dia terlihat panik dan takut.
“Ada apa say?” tanya saya sambil menyentuh dahinya.
Tidak panas.

“Kami bermain Permainan Jiwa hari ini,” ceritanya. Rino celingak-celinguk terus menerus. Dia tidak bisa duduk diam. Dia terus melihat sekeliling saat kita menuju rumah.
“Permainan Jiwa?” tanya saya

Rino hanya mengangguk dan terus melihat ke sekitar sesekali.
“Apa itu Permainan Jiwa?” tanyaku lagi.
Rino menggeleng kepala dan tidak berkata apa-apa.
“Rino, apa itu Permainan Jiwa?” tanyaku menekankan.
“Saya sudah bilang ke dia kalau saya tidak mau. Tetapi dia bilang tidak akan mau berteman denganku lagi, kalau tidak mau memainkannya.”

“Siapa yang tidak mau berteman denganmu? Di mana guru?”
Napas Rino terdengar berat. Tetapi dia tetap menjawab.
“Terjadi di gereja,” jawabnya. Dia berbisik, “Guru tidak boleh masuk ke gereja.”
“Gereja Stan?”
Rino mengangguk. Dan air matanya mulai turun ke pipinya.
“Apa itu Permainan Jiwa, Rino? Saya ibu kamu. Coba cerita biar Mama yang tangani semuanya,” ujar saya.
“Saya gak boleh cerita Ma. Saya gak boleh. Aturannya jahat. Mereka semua jahat.”

“Bagaimana dengan Stan?” tanya ku, “Apakah Stan akan cerita kalau saya tanya?”
“JANGAN!” Rino teriak dan membuat saya ketakutan setengah mati juga. “JANGAN TANYA ATURANNYA. JANGAN TANYA MA.”
Kami tiba di rumah juga.
“Janji ma. Janjijanjijanjijanjijanji.”
Rino mulai menceracau. Dia terlihat ketakutan. Saya membawa dia ke buaian saya dan menggoyang-goyang dia. Saya sudah tidak pernah melakukan itu semenjak dia masuk TK. Dia tidur dalam buaian saya. Saya pun menggendong dia langsung ke kamarnya.

Dia hanya perlu tidur. Saya berbicara ke diri sendiri. Iya, dia hanya butuh tidur.
Setelah menempatkannya ke kasur, saya makan malam sendiri. Saat jam 9 saya cek dia di kamar lagi, dia terlihat masih tidur. Jadi saya pun pergi tidur.

Saya terbangun oleh teriakannya di tengah malam. Saya melihat jam menunjukkan 00.18. Saya lari ke arah kamarnya. Tetapi dia tidak ada di kamar. Saya menyalakan lampu dan Rino langsung melesat keluar dari lemari seperti sesuatu mengejarnya. Dia memegang erat kakiku dan berteriak.
Saya mencoba menenangkannya dan tanya apa yang terjadi.
Dia berbicara tidak karuan. Dia hanya berteriak tentang Permainan Jiwa. Saya tanya sebetulnya itu apa? Tetapi dia tetap keukeuh tidak mau beritahu.

Saya mengajaknya kembali tidur di kamarnya, tetapi dia tidak mau. Akhirnya saya mengajaknya tidur bersama saya malam itu. Rino langsung tertidur. Saya rebahan sambil memperhatikannya, mengusap rambutnya. Namun tiba-tiba matanya terbuka lebar dan menatap saya.
“Saya akan beritahu kamu peraturannya besok setelah sekolah, nona,” katanya. Lalu matanya kembali terpejam lagi.

Apa yang terjadi dengan anakku.
Dalam kegelapan, saya menatap langit-langit cukup lama sebelum berbalik ke arah samping dan memperhatikan kamar mandi.
Kamu tahu ketika kamu di ujung mimpi, tiba-tiba kakimu kejang dan menendang sehingga membuat kamu terbangun? Atau saat mau tidur, tiba-tiba ada sensasi jatuh yang membuatmu terbangun?
Ini terjadi terus menerus pada saya semalam. Dan yang lebih seramnya lagi, setiap kali saya mau tertidur saya selalu melihat ada sesosok bayangan di ujung koridor. Begitu saya buka mata, tentu saja bayangan itu hilang. Namun, setiap kali mata saya terpejam, sosok itu muncul. Dan selalu selangkah lebih dekat dari saya.
Begitu terus sampai pagi harinya.

Pagi ini, saat pergi ke sekolah, Rino terlihat tidak bersemangat. Saya pun sebetulnya merasakan hal yang sama. Saya malah merasa lebih capek. Saya ingin bertanya ke Rino mengenai apa maksud omongannya semalam sebelum dia tidur. Tetapi saya tidak sanggup. Saya takut ini akan membuatnya histeris. Jadi saya memendamkannya untuk diri saya sendiri saja.
Selama perjalanan di sekolah dia tidak mengatakan apa-apa. Dia terlihat seperti robot; tidak bersemangat, tidak ada ada emosional.

Di kantor, saya mendapat panggilan telepon untuk meminta saya segera menjemput Rino. Dia muntah di dalam kelas.
Ketika saya menjemputnya, dia terlihat sama. Saya bertanya beberapa hal, dia hanya bergumam saja. Rencana saya adalah begitu pulang ganti pakaian bersih lalu langsung melihat dokter.
Dia diam saja selama perjalanan hingga kembali ke rumah.

“Apakah Stan, boleh datang kemari hari ini?” tanyanya ketika kita sudah tiba di rumah.
“Kamu kurang sehat, sayang. Kamu sungguh mau dia datang?” tanyaku. Saya sebetulnya ingin bertemu dengan anak misterius itu tetapi sepertinya Rino tidak begitu mau dia datang. Saya ingin mencari akar permasalahannya.

“Ya,” jawab Rino.
“Okay,” kataku. “Kamu punya nomor telepon orang tuanya?”
“Dia sudah cerita ke orangtuanya. Mereka bilang okay.”
“Kita harus tunggu dia pulang sekolah. Saya juga ingin berbicara dengan orangtuanya.”
“Okay”, jawab Rino sambil berjalan masuk ke rumah.
“Kamu punya nomor telepon rumahnya?” tanyaku sambil berjalan masuk dan menutup pintu rumah.
“Nggak.”

Saya pun bertanya bagaimana saya bisa telepon ke orangtuanya, kalau tidak punya nomor, namun tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Padahal saya masih berdiri disamping pintu itu.
Saya membuka pintu, dan di hadapanku berdiri seorang anak laki-laki pucat, yang ternyata adalah anak yang hampir saya tabrak di hari Rabu kemarin itu. Seorang gadis kecil berdiri di sampingnya. Mirip dengan anak laki-laki itu. Pucat.
“Ya?” tanyaku.

“Halo, Harti,” sapa anak itu. “Rino di rumah?”
Anak kecil itu tidak seharusnya tahu nama panggilan saya sewaktu di kampus. Saya dipanggil “Harti” gara-gara dulu waktu diabsen dosen saya gak konsen dan langsung menjawab “Hadir” padahal yang dipanggil namanya “Harti.
“Gak,” jawabku.
“Oh tidak apa-apa,” jawab gadis kecil. “Nama saya Silbi. Dan saya rasa kamu sudah tahu nama adikku.”
“Stan,” jawab ku.

Gadis itu tersenyum.
Stan juga tersenyum, dan dia pun menjelaskan, “Sebetulnya aturannya sangat sederhana. Pertama: jangan melewati cermin di tempat gelap. Kedua: jangan membiarkan pintu terbuka kalau tidur di malam hari. Aturan ketiga kamu bisa tanya ke anakmu. Kalau ada suara berderik, artinya kamu mulai tertinggal. Kalau terdengar suara gemerisik berarti kamu hampir kalah. Dan kalau ada suara dentuman, saya harap kamu tidak pernah mendengar suara itu.”

Stan dan saudarinya berbalik arah.
Saya menatap heran dengan mereka dan geleng-geleng kepala. Saya tidak akan bermain permainan bodoh itu.
Saya masuk ke rumah, dan Rino menangis.
“Saya mendengar suara dentuman,” jawabnya setengah terisak.
Mulut saya kering. “Bagaimana cara mengakhiri permainan ini?” tanyaku.
“Tidak akan,” bisiknya. “Permainan ini tidak akan berakhir.”
Jantung saya berdegup kencang. “Apa aturan ketiga, Rino?”
Dia diam dan menarik napas, “Aturan ketiga, mengetahui seluruh tiga aturan, membuat kamu menjadi pemain.”

“Apa yang terjadi ketika kamu kalah?”
“Saat malam, kamu akan mendengar mereka datang. Mereka akan membiarkan kamu sadar bahwa mereka semakin dekat.”
“Siapa?”
“Stan and Silbi,” jawab Rino. “Mereka akan muncul dari balik cermin atau celah pintu dan menarikmu.
“Jadi bagaimana cara menang?” tanyaku.

“Kamu akan menang kalau kamu bisa memberitahu lebih banyak orang tentang aturan Permainan Jiwa dibandingkan orang yang memberitahu kamu.”
Seperti yang saya bilang pembaca CeritaMistis. Maafkan saya.
Terima kasih sudah membantu saya. Sungguh. Saya harap kalian bisa menikmati malam kalian.
Sampaikan salam saya untuk Stan dan Silbi.


Rumahku adalah Istana

Mungkin ini tidak terlalu menyeramkan jika dibaca lewat tulisan, dan saya rasa ini juga hal yang umum terjadi dirasakan oleh semua orang yang pernah mengalami interaksi aneh.


Saya tinggal di Taliwang (NTB), dan waktu itu saya masih duduk di kelas 2 SMP. Dulu saya sering di tinggal sendirian di rumah karena alasan orang tua saya yang harus bekerja di luar daerah. Jadi mau tidak mau saya harus diam di rumah, atau menginap di rumah tetangga saya. karena kedekatan kami, saya menganggap mereka sudah seperti keluarga sendiri.

Bagian rumah kami terdiri dari 7 ruangan. yang terdepan adalah ruang tamu yang langsung dapat bertemu dengan kamar terdepan yang biasa digunakan untuk tamu, dan yang ke-3 adalah kamar saya. Kamar saya dan kamar tamu hanya dibatasi dinding biasa. Yang ke-4 adalah kamar orang tua, yang mana bersampingan dengan satu-satunya WC. Ke-6 adalah ruangan menonton tv, dan yang terakhir (yang ke 7) adalah dapur yang langsung tersambung dengan pintu bagian belakang.

Karena tidak ada pekerjaan, saya sering menonton tv sendirian. Walaupun sering was-was karena selalu merasa ada yang mengamati dari dapur yang memang gelap, tapi saya tetap menghiraukan karena saya dulu tidak terlalu mengerti dengan dunia aneh tersebut. Saya menjajarkan kursi kayu untuk dijadikan alas untuk bisa menonton tv dengan santai, dan disitulah saya mengalami kejadian yang bisa membuat merinding.
Saya sering mendengar suara langkah kaki di rungan itu, padahal jelas-jelas saya sendirian.

Malam tiba, saya memberi tahu pada orang tua saya tentang kejadian tersebut. Tapi ibu saya mengatakan kalau langkah kaki itu mungkin berasal dari rumah tetangga kami. Alasan yang aneh memang, tapi saya mengiyakan saja.

Hari berikutnya saya melakukan aktivitas saya seperti kemarin, dan suara langkah kaki itu malah terdengar semakin jelas, malah mengelilingi saya berulang kali. Saya bangkit untuk melihat sekeliling, tapi saat itu suara aneh tadi tidak terdengar lagi. Dan saat saya kembali tiduran, suara itu kembali lagi seolah-olah mereka memang sengaja mengganggu kegiatan saya.

Karena kesal, saya berteriak. Kalau saya tidak menyukai mereka.(Dalam agama kami, diwajibkan untuk percaya pada hal gaib) dan ajaib, suara itu tidak ada lagi.

Hari-hari berikutnya berjalan lancar. Dan orang tua saya seperti biasa pergi untuk bekerja. Saat itu hujan turun deras, petir juga ikut serta di hari itu. Ditambah lagi mati lampu, karena takut gelap saya memilih diam di dalam kamar sambil selimutan dan mengajak teman sms-an.

Beberapa menit, tidak ada hal aneh sampai tiba-tiba cahaya putih melayang lewat di depan saya. Saya yang terkejut hanya bisa diam, menghiraukan kejadian tadi sambil menceritakan cahaya tadi pada teman saya. Awalnya saya ingin biasa saja, tapi karena teman saya menakut-nakuti saya jadi benar-benar takut dan lari ke luar rumah saya.

Menunggu sendirian di luar, dan hanya dibekali selimut yang tidak sengaja terbawa ke luar sampai listrik kembali menyala.
-Safira

Pasien Koma ini Menghantuiku Terus

Kejadiannya di Batam, tepatnya di Jembatan Barelang yang keempat. Jadi kala itu keluarga gw liburan gitu ke Jembatan Barelang. Kebetulan saya tidak ikut.


Bagi yang pernah ke Batam, mungkin sudah tahu, Jembatan Barelang adalah salah satu titik ikonik pulau Batam, berupa 6 jembatan yang menghubungkan pulau-pulau lain di Batam. Di jembatan keempat itu ada semacam Perkampungan Vietnam yang udah ditinggalin gitu. Ceritanya dulu pengungsi-pengungsi Perang Vietnam itu banyak melarikan diri ke Batam.

Kalau saya pribadi sih merasa serem setiap kali datang meliat perkampungannya itu. Di situ juga ada pemakamannya. Cukup besar sih. Nah di situ ada mitos, ceritanya jangan pernah ngambil buah mengkudu dari situ. Tidak tahu bagaimana asal-usulnya. Tetapi lumayan banyak yang omong begitu.
Ok, balik lagi ke cerita. Waktu itu anggota keluarga lain lagi asik-asik ngobrol neh (nih ceritanya di area pemakaman itu). Bokap gw rupanya berpetualang ke dalam pemakaman tuh. Trus tiba-tiba dia datang bawa buah mengkudu 1 kantong plastik besar.

Berdua sama paman gw.Padahal mereka juga sudah tau mitos tuh. Nah ga brapa lama diambil buah tuh, adek gw yang paling bungsu nangis. Ga bersedia berenti sampe akhirnya mereka ninggalin area pemakaman tuh. Trus pas sudah ingin pulang, jalan-jalan di sekitar area perkampungan tuh kan pinggir-pinggirnya masih jurang. Jadi ayah gw kala itu bawa mobil kan. Sampe di persimpangan gitu kan mesti putar balik gitu, pas mobil ingin dibelokin nggak bisa sampe full gitu.

Jadi klo miring gitu posisi mobil, sampe-sampe belakang mobil itu sudah deket banget ama jurang tuh. Kata bokap gw setirnya mendadak macet ga bisa dimentokin. Mujur aja bokap gw sigap injak rem. Klo gak mungkin keluarga gw…

Begitu sampe kediaman, keluarga mulai datang. Nyokap tiri gw ngeliat sekilas bayangan gitu. Nah yang paling serem bokap gw. Dia jadi kayak orang kebingungan gitu. Masuk keluar kamar trus seharian.
Kira-kira jam 5 sorean kluarga gw lagi ngumpul kan di ruang keluarga. Bokap gw keluar kamar. Pengen ke kamar mandi. Begitu keluar kamar mandi, ada nenek yang rambutnya panjang, hidungnya panjang, ngikutin bokap gw. Dalam keadaan merangkak gitu.

Dan parahnya lagi seluruh keluarga gw yang ada disitu bisa ngeliat!! Tidak ada yag mengenal siapa nenek itu.
Sontak, bokap langsung lompat, lari menjauh. Sambil ngomong, “Kembalikan-kembalikan,” gitu, nenek itu nengadahin tangan langsung saat itu juga. Ayah gw yang masih pake celana pendek langsung ngambil tuh mengkudu.

Semua yang di situ lari ke mobil. Katanya adek gw masih ngeliat dari spion nenek itu ngerangkak ngejar. Ekstrem lah pokoknya. Gw aja merinding denger mereka kisah itu. Alhasil tu buah dikembaliin. Pas bokap gw buka pintu mobil, nenek itu udah di bawah gitu . Asli klo gw tentu akan gw tutup lagi tuh pintu biar kejepit tuh nenek.

Sampe tu buah diletakin, nenek-nenek tua itu baru lenyap. Memang daerah Jembatan Barelang itu sudah terkenal berhantu. Tidak sedikit kasus sudah di sana. Makanya klo dah mitos gitu mending dihormati aja deh. Untung gw ga ikut waktu itu.


Suara Tangisan dan Suara Motor di Rumah Tua

Di desa kami terdapat rumah tua yang tidak di huni. Konon rumah tua itu berhantu, tapi aku tidak takut, dalam pikiranku itu hanya sebuah mitos belaka. Di suatu hari aku pergi ke kota untuk kuliah, di Universitasku yang terletak di Jawa timur. Aku dan Madya pergi dengan sepeda motor. Aku dan Madya melewati rumah itu seperti ada suara motor *ngong.

Suara itu terus kita dengar “sudah, sudah kita pergi saja mungkin itu hanya halusinasi” kataku. “Tidak kur, masa halusinasi bisa dirasakan bersama” kata madya. “Kau mau di marah-marahi dosen?” kataku. “Baiklah kita pergi” jawab madya. Kami sampai di kampus. Karena masuk siang, kami memutuskan untuk makan di restoran. Restoran itu bernama “Zaenab Resto Chicken Chips”.

“Oh nama yang aneh” Kata Madya. “Kau betul Mad” kataku. “Selamat datang di restoran Zaenab resto chicken

Chips” kata salah satu pelayan. “kami mau memesan ayam goreng 2 dan minum jus apel 2” kata Madya. Lalu makanan datang. Kami menyantapnya. Lalu kami ke kampus. 3 Jam kemudian kami dipulangkan. Sampai di tepat rumah tua itu ada suara lagi seperti suara motor dan tangisan wanita.

“Mad ini benar benar nyata” kataku “ya iya kur” kata Madya. Karena penasaran kami masuk. Betapa kagetnya kami ada lelaki yang mengendarai sepeda motornya di rumah itu. Dan ada seorang wanita yang berada di tengahnya. Lalu kami lari ketakutan. Lalu kami bertanya kepada pak RW kenapa rumah itu berhantu. Katanya dulu ada wanita pemilik rumah itu.

Ia ingin pergi ke kamar untuk tidur lalu ia lupa untuk membeli lampu tidur. Disaat ia mau keluar ia dicegat oleh pria. Lalu pria itu membunuhnya. Tak lama datang kakaknya wanita itu. Kakak wanita itu membunuh pria itu dan menyimpan jasadnya di dalam rumah tersebut.


Angkot Yang Tak Pernah Kosong

Hallo sahabat-sahabat apa kabarnya? Saya disini akan bercerita tentang kisah yang benar-benar kisah nyata tentang angkutan kota (Angkot) yang selalu penuh dikala pulang narik cari penumpang dimalam hari, kejadian itu sekitar saya kelas 3 SD, wah sudah lama banget ya sekarang sudah kuliah semester V dan masih ingat betul dengan keadaan dan situasi dulu.

Jadi begini Ayah saya dulu merupakan seorang TNI-AD aktif dan Babinsa Koramil daerah di Bogor, dia pekerja ulet dan tidak pernah mengeluh dengan keadaannya yang dulu cuma berpangkat Kopral untuk membiayai kuliah kakak perempuan saya waktu itu sekitar tahun 2003 an karena kakak saya butuh dana penelitian karena lagi KKN juga. Kebetulan pada waktu itu Ayah saya punya angkot yang selalu kejar setoran dalam artian bagi hasil dengan supir walaupun pembagian hasilnya di mulai pagi pukul 08:00 sampai 17:30 sore.

Nah setiap sore itu angkot selalu simpan di garasi rumah, memang tidak ada yang aneh bagi saya kelihatannya tapi jikalau Ayah saya sehabis piket dan bertugas, beliau suka nyambi jadi supir angkot karena butuh biaya untuk sehari-hari dan kuliah kakak saya juga kadang beliau selalu pulang larut malam dengan hasil yang memuaskan. Dikarenakan kalau malam di daerah kami sangat susah sekali kendaraan jikalau sudah lewat magrib.

Suatu ketika dikala sekolah ada tanggal merah saya ingin ikut jadi iseng-iseng kondektur cilik waktu itu memang saya memaksa untuk ikut dan ingin tahu keadaan malam hari walaupun Ayah saya sering melarang tapi saya memaksa dan duduk di belakang kala itu. Pukul menunjukan 20:30 saya melihat jam dinding yang ada di toko karena angkot lagi ngetem cari penumpang.

Memang jarak kota ke desa itu sekitar 21-28 KM melewati jarak yang cukup jauh untuk trayek angkutan umum, memang bahagia saya pada saat itu bisa ikut naik angkot. Wah benar pula angkot tuh penuh dan sesak dengan penumpang, tak lupa Ayah saya membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, akhirnya angkotpun berangkat. Satu persatu penumpang yang berdesakan itu mulai tiada, turun sesuai dengan tempat tujuannya, dan yang terakhir itu penumpang Ibu paruh baya yang saya ingat minta di antar ke tujuan yang bukan jalur tujuan angkot Ayah saya.

Akan tetapi Ayah saya akhirnya mengiyakan untuk mengantarnya sampai tujuan. Si Ibu senyum dan memberikan ongkos lebih, waktu juga sudah menunjukan pukul 22:20 kami melewati sebuah jalan yang sangat sepi dan jauh dari perkampungan, memang cukup jauh jaraknya karena saya duduk di belakang saya merasakan angkot itu sesak dan seperti penuh penumpang, padahal pada saat itu sudah kosong.

Saya mau teriak ke Ayah itu susahnya minta ampun karena merasa ada sesuatu yang membuat saya merasa sesak. Angkot itu serasa ada yang mengobrol bla, bla, bla tapi saya tidak bisa teriak. Saya lihat jalur itu masih jauh dari cahaya perkampungan, sesampainya di perempatan, saya bisa teriak. Ayah aku mau pindah duduk di depan dan akhirnya Ayah saya mendengar, keringat dingin saya rasakan keluar, Ayah saya menanyakan ada apa.

Ayah aku takut, itu angkot seperti penuh dengan orang-orang. Tapi ayah saya bilang jangan takut mungkin cuma perasaan soalnya kamu itu penakut, sambil Ayah saya waktu itu bercanda dan sampai juga di rumah tercinta tapi dari situ saya paling ogah atau malas jiga di ajak ikut narik angkot lagi. Trauma juga dan kemudian angkot itupun berpindah tangan karena harus di jual untuk keperluan biaya wisuda kakak saya.

Waktu berlalu begitu cepat, karena saya sudah pindah rumah di karenakan Ayah saya sudah pensiun dan tidak tinggal lagi di Bogor dan sekarang tinggal di Cianjur. Saya iseng main ke tempat masa kecil saya dan bertemu kawan Ayah, orang yang pertama punya angkot itu saya cerita panjang kenangan narik angkot, akhirnya kawan Ayah saya bercerita ternyata angkot itu adalah angkot yang dulu pernah kecelakaan masuk jurang dan semua penumpangnya meninggal dan hanya sebagian yang masih hidup.

Pada saat itu kecelakaan angkot dalam keadaan penuh, waduh di situlah saya baru tahu ternyata angkot yang penuh berkah dan rejeki itu ternyata banyak kenangan yang tak terduga. Di akhir saya pulang malam saya melihat angkot itu sudah terbengkalai di pinggir rumah orang yang dulu beli dari Ayah saya, berkarat dan sudah tidak terawat karena mesinnya sudah rusak. Saya cukup bersyukur karena bisa melihat kenangan masa lalu. Cukup sekian terimakasih.

PENASARAN

Halo, saya reita asal kota Malang, ini cerita saya yang ke 2. Siapa yang ingin melihat hantu? Apakah kalian siap bertemu dengan mereka? Orang yang belum pernah melihat hantu selalu menyepelekan keberadaan mereka. Mungkin jika di antara kalian belum pernah melihat hantu, cerita saya ini bisa buat pelajaran. Cerita ini baru beberapa hari yang lalu. Saat saya dan beberapa teman saya sedang begadang. Kita berkumpul di teras rumah saya, waktu itu hanya 5 orang termasuk saya.

Awal mulanya kita hanya bermain game online. Pada saat pukul 10 malam saya berniat mengambil minuman di dapur. Selesai mengambil minuman saya coba putar radio dari hp saya. Acara radio saat itu memang kebanyakan musik, saya cari acara favorit saya yaitu “KERAMAT” orang malang mungkin tau acara ini. Acara tentang hantu yang sudah cukup lama, acara ini ada di salah satu saluran radio di kota malang. Saat itu saya menunggu acara keramat, hasilnya acara itu tidak ada saat itu, memang sekarang acara itu kadang ada kadang tidak.

Sebut saja abit, imam, adi dan rio. Saat itu mereka tanya tentang rasanya di hantui kepada saya. Saya hanya tertawa sambil bilang “biasa saja”. Dari kecil saya memiliki kelebihan melihat sesuatu yang tidak kasat mata. Hantu bukanlah hal aneh bagi saya. Karena hampir setiap hari saya lihat hantu di sekitar rumah saya. Singkat cerita mereka menanyakan bagaimana cara mengundang “hantu”.

Saat itu saya tanya “kalian siap?”, jika ada penampakan ini yang akan terjadi.
1. susah bergerak.
2. jantung berdebar-debar sampai-sampai susah bernafas.
3. jika auranya berlebihan kalian pingsan / kesurupan.

Karena beda mengundang hantu sama penampakan tanpa sengaja. Mengundang hantu aura negatifnya sangat kuat ketimbang tanpa sengaja melihat penampakan langsung. Mereka bertanya cara mengundang hantu berkali-kali tapi saya tetap senyum-senyum membalas pertanyaan mereka. Jam 12 malam pun sudah lewat beberapa menit, saat mereka lupa akan mengundang hantu, tiba-tiba hawa dingin menghampiri kita.

Memang malam itu sepi tidak seperti biasanya. Warung kopi dekat dengan rumah saya yang biasanya rame, saat itu tidak ada 1 orang pun yang mampir ke warung tersebut. Disaat kita ngobrol, selang-selang ada suara burung hantu. Disaat itu juga mereka memaksa saya untuk mengajarkan mantra untuk mengundang hantu. Mereka memaksa, dan saya pun menyerah,terpaksa saya mengajarkan mantra pemanggilan hantu.

Selesai dengan mantra itu, mereka menuju ke samping rumah saya. Samping rumah adalah rumah kosong milik pak de. Bukan hanya warga sekitar sini saja yang sering di hantui di rumah itu, orang yang lagi nongkrong di warung kopi sering juga melihat penampakan kuntilanak di atas genteng rumah itu. Teman-teman saya hanya di depan rumah kosong itu. Mereka membaca mantra tersebut. Sampai hawa dingin menghampiri kita, saya hanya melihat dari teras rumah. Mereka sedang fokus dengan rumah itu.

Sampai pada puncaknya, saya melihat banyak hantu di sekitar mereka. Mereka hanya terdiam melihat hantu yang mereka hadirkan di rumah itu. Seperti yang saya bilang, mereka merasakan susah bernafas dan tidak bisa bergerak. Saat itu juga, saya membaca doa untuk mengusir hantu-hantu itu. Mereka bebas dan mengajak saya mengobrol di dalam rumah.

Saya tanya, apa sudah puas?.

iman : kapok bro, anehnya kenapa bentuknya aneh-aneh ya? ini lebih seram.
abit : iya mas, beda sama yang kita lihat waktu di pondok pesantren dulu.

Mereka bukan hanya sekali di hantui, mereka juga pengalaman soal di hantui. Tapi mereka belum pernah melihat sosok hantu sebenarnya. Adi dan rio sudah lemas, mereka masih kaget karena baru pertama kalinya di hantui. Beda sama imam dan abit.

penjelasannya : Hantu itu jin, kalo orang awam menyebut seperti itu. Pada dasarnya jin bisa merubah wujudnya menjadi hantu. Tapi lebih mengerikan itu hantu asli (bukan jin yang merubah wujudnya). Contoh jika teman-teman KCH melihat kuntilanak berwajah mengerikan dan suara tertawa dan menangis diiringi suara tembang jawa. Itu adalah kuntilanak yang asli hantu (bukan jin). Pocong yang diam tapi tubuhnya berayun-ayun pelan ke kanan dan kiri, itu pun yang asli.

Jika penasaran maka siapkan mental, jika takut maka baca doa. Sekian dari saya, maaf kalo ada salah-salah kata. Terimakasih sudah membaca, mudah-mudahan bisa di buat pelajaran.