Hallo sahabat-sahabat apa kabarnya? Saya
disini akan bercerita tentang kisah yang benar-benar kisah nyata
tentang angkutan kota (Angkot) yang selalu penuh dikala pulang narik
cari penumpang dimalam hari, kejadian itu sekitar saya kelas 3 SD, wah
sudah lama banget ya sekarang sudah kuliah semester V dan masih ingat
betul dengan keadaan dan situasi dulu.
Jadi
begini Ayah saya dulu merupakan seorang TNI-AD aktif dan Babinsa
Koramil daerah di Bogor, dia pekerja ulet dan tidak pernah mengeluh
dengan keadaannya yang dulu cuma berpangkat Kopral untuk membiayai
kuliah kakak perempuan saya waktu itu sekitar tahun 2003 an karena kakak
saya butuh dana penelitian karena lagi KKN juga. Kebetulan pada waktu
itu Ayah saya punya angkot yang selalu kejar setoran dalam artian bagi
hasil dengan supir walaupun pembagian hasilnya di mulai pagi pukul 08:00
sampai 17:30 sore.
Nah setiap sore
itu angkot selalu simpan di garasi rumah, memang tidak ada yang aneh
bagi saya kelihatannya tapi jikalau Ayah saya sehabis piket dan
bertugas, beliau suka nyambi jadi supir angkot karena butuh biaya untuk
sehari-hari dan kuliah kakak saya juga kadang beliau selalu pulang larut
malam dengan hasil yang memuaskan. Dikarenakan kalau malam di daerah
kami sangat susah sekali kendaraan jikalau sudah lewat magrib.
Suatu
ketika dikala sekolah ada tanggal merah saya ingin ikut jadi
iseng-iseng kondektur cilik waktu itu memang saya memaksa untuk ikut dan
ingin tahu keadaan malam hari walaupun Ayah saya sering melarang tapi
saya memaksa dan duduk di belakang kala itu. Pukul menunjukan 20:30 saya
melihat jam dinding yang ada di toko karena angkot lagi ngetem cari
penumpang.
Memang jarak kota ke desa
itu sekitar 21-28 KM melewati jarak yang cukup jauh untuk trayek
angkutan umum, memang bahagia saya pada saat itu bisa ikut naik angkot.
Wah benar pula angkot tuh penuh dan sesak dengan penumpang, tak lupa
Ayah saya membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, akhirnya angkotpun
berangkat. Satu persatu penumpang yang berdesakan itu mulai tiada, turun
sesuai dengan tempat tujuannya, dan yang terakhir itu penumpang Ibu
paruh baya yang saya ingat minta di antar ke tujuan yang bukan jalur
tujuan angkot Ayah saya.
Akan tetapi
Ayah saya akhirnya mengiyakan untuk mengantarnya sampai tujuan. Si Ibu
senyum dan memberikan ongkos lebih, waktu juga sudah menunjukan pukul
22:20 kami melewati sebuah jalan yang sangat sepi dan jauh dari
perkampungan, memang cukup jauh jaraknya karena saya duduk di belakang
saya merasakan angkot itu sesak dan seperti penuh penumpang, padahal
pada saat itu sudah kosong.
Saya mau
teriak ke Ayah itu susahnya minta ampun karena merasa ada sesuatu yang
membuat saya merasa sesak. Angkot itu serasa ada yang mengobrol bla,
bla, bla tapi saya tidak bisa teriak. Saya lihat jalur itu masih jauh
dari cahaya perkampungan, sesampainya di perempatan, saya bisa teriak.
Ayah aku mau pindah duduk di depan dan akhirnya Ayah saya mendengar,
keringat dingin saya rasakan keluar, Ayah saya menanyakan ada apa.
Ayah
aku takut, itu angkot seperti penuh dengan orang-orang. Tapi ayah saya
bilang jangan takut mungkin cuma perasaan soalnya kamu itu penakut,
sambil Ayah saya waktu itu bercanda dan sampai juga di rumah tercinta
tapi dari situ saya paling ogah atau malas jiga di ajak ikut narik
angkot lagi. Trauma juga dan kemudian angkot itupun berpindah tangan
karena harus di jual untuk keperluan biaya wisuda kakak saya.
Waktu
berlalu begitu cepat, karena saya sudah pindah rumah di karenakan Ayah
saya sudah pensiun dan tidak tinggal lagi di Bogor dan sekarang tinggal
di Cianjur. Saya iseng main ke tempat masa kecil saya dan bertemu kawan
Ayah, orang yang pertama punya angkot itu saya cerita panjang kenangan
narik angkot, akhirnya kawan Ayah saya bercerita ternyata angkot itu
adalah angkot yang dulu pernah kecelakaan masuk jurang dan semua
penumpangnya meninggal dan hanya sebagian yang masih hidup.
Pada
saat itu kecelakaan angkot dalam keadaan penuh, waduh di situlah saya
baru tahu ternyata angkot yang penuh berkah dan rejeki itu ternyata
banyak kenangan yang tak terduga. Di akhir saya pulang malam saya
melihat angkot itu sudah terbengkalai di pinggir rumah orang yang dulu
beli dari Ayah saya, berkarat dan sudah tidak terawat karena mesinnya
sudah rusak. Saya cukup bersyukur karena bisa melihat kenangan masa
lalu. Cukup sekian terimakasih.
No comments:
Post a Comment